ANALISIS VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI PRICE EARNING RATIO SEBAGAI DASAR PENILAIAN KEWAJARAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK JAKARTA (1997-1999)
Abstract
Harga saham sebagai indicator nilai asset aktiva perusahaan mudah berfluktuasi sejalan dengan pasang surut kegiatannya. Bagi perusahaan yang memiliki fundamental operasional yang baik, pada umumnya mampu mengantisipasi pengaruh negatif, sehingga umumnya mampu mempertahankan harga pasarnya Melalui analisis fundamental, dengan menggunakan pendekatan price earning ratio akan dapat diketahui variabel-variabel apa yang berpengaruh secara signifikan terhadap price earning ratio. Alasan utama mengapa price earning ratio digunakan dalam analisis harga saham, karena price earning ratio memudahkan atau membantu mengarahkan judgment penganalisis pada variabel-variabel yang penting. Dan tujuan utama penelitian ini adalah menentukan apakah price earning ratio dapat digunakan sebagai penilai harga saham yang wajar. Dengan menggunakan analisis regresi berganda dimana dengan menggunakan data keuangan 1997 - 1999 untuk 35 sampel emiten yang listed di BEJ, diperoleh valuation model berikut : PER = 16,675 + 0,143 DPR - 0,188 ROE - 4,690 EG - 7,262 FLR + E Setelah uji asumsi ekonometrik dilakukan, model dinyatakan mempunyai sifat BLUE. Hasil uji hipotesis yang dilakukan dipeoleh hasil sebagai berikut : 1. Variabel-variabel bebas dividen payout ratio, return on equity, earning growth dan financial leverage secara simultan mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap price earning ratio, dengan adjusted R2 sebesar 29,1%. Setelah dilakukan uji F, maka cukup signifikan dan dengan demikian hipotesis pertama terbukti kebenarannya. 2. Dengan uji korelasi parsial antara variabel-variabel bebas dengan variabel tergantung, diperoleh angka koefisien korelasi yang terbesar terdapat pada variabel dividend payout ratio yaitu 0,453. Berdasarkan uji t dengan ? = 0,05 diperoleh t hitung sebesar 5,047 sedangkan t tabel sebesar 1,980. Jadi pengearuh variabel dividend payout ratio terhadap price earning ratio cukup signifikan. Dan pembuktian ini, jelas bahwa hipotesis kedua tidak terbukti kebenarannya. 3. Dalam pengujian kewajaran harga saham diperoleh hasil bahwa sebanyak 40% dari saham emiten berada dalam keadaan over valued, sedangkan sisanya sebanyak 60% berada dalam keadaan under valued. Dari hasil evaluasi, diketahui bahwa tingkat kewajaran harga saham tersebut disebabkan : 1. Kondisi eksternal emiten saat studi berlangsung yang kurang mendukung terhadap terciptanya harga saham. Terutama dimulai pada saat awal krisis moneter berlangsung, kondisi pasar modal secara umum mengalami kelesuan (bearish). Indeks harga saham baik individu maupun gabungan banyak yang mengalami kemerosotan, hal ini mengganggu terciptanya mekanisme harga pasar yang sehat, sehingga pasar modal Indonesia tidak berada pada bentuk efisien yang kuat. 2. Dibandingkan dengan hasil pebelitian terdahulu, didapatkan banyak persamaan sekalipun terdapat perbedaan pada waktu pengamatan dan jumlah sample yang diteliti.